Musyawarah Ulama dan Ummat Islam Bima se Indonesia, TGH. Abdurrahim Haris, MA: “Kambali Mbojo Mantoi Butuh Peran Besar Pimpinan Daerah”

Lensa Pos NTB, Bima – Forum Umat Islam (FUI) Bima Raya, menyelenggarakan agenda kegiatan Musyawarah Ulama dan Ummat Islam se-Indonesia, (Mbolo Na’e, Ulama Ro Ama Rasa Dana Mbojo Sa-Indonesia), dengan mengangkat Tema Musyawarah, “Kambali Mbojo Mantoi, Mengembalikan Kejayaan Islam di Bima dan Dunia”, Kamis (3/4/2025)/ 3 Syawal 1446 Hijriyah.

Kegiatan musyawarah yang dipusatkan di Aula lantai 1 Masjid Agung Al Muwahidin Kota Bima, menghadirkan para sesepuh, Ulama dan Tokoh Nasional Asli Bima, yang dirangkaikan dengan Silaturahmi penandatanganan kesepahaman dengan Pemerintah Daerah Kota Bima dan Kabupaten Bima.

Ditempat terpisah, Tuan Guru KH. Abdurrahim Haris, MA yang saat ini berada di Kota Surabaya, mengapresiasi FUI Bima yang telah menyelenggarakan acara yang begitu bermanfaat, terutama bagi Ummat Islam. Menurutnya, tema yang diusung dalam kegiatan musyawarah, yakni “Kambali bojo Mantoi”, dalam pemahaman kami adalah Bima yang bermartabat pada masa Kesultanan Bima, dimana pemerintahannya yang bersendikan adat, adat bersendikan sara dan sara bersendikan kitabullah.

Ide Mbolo Nae ini muncul karena melihat kondisi masyarakat Bima saat ini sudah sedang dilanda berbagai masalah seperti angka kriminal yang tinggi, peredaran narkoba yang mengkhawatirkan, angka pengangguran yang tinggi terutama pengangguran intelektual, pertumbuhan ekonomi terendah karena tidak ada investasi yang kesemuanya dapat merubah perilaku masyarakat Dou ro Dana Mbojo.

TGH Abdurrahim Haris menambahkan, Untuk “Kambali Mbojo Mantoi” bergantung sungguh kepada Pimpinan Daerah, yaitu Bupati dan Walikota Bima, “Annasu alaa diini mulukihim”, Kata hikmah diatas mengandung makna bahwa kondisi rakyat bergantung pada pemimpinnya. Pemimpin dalam pandangan Islam adalah Al-imam Al-Kubra yaitu pemimpin umat yang setiap langkah dan ucapannya menjadi panutan masyarakat. Bila imamnya jujur maka masyarakatnya akan berperilaku jujur. Bila sebaliknya imamnya pembohong maka masyarakatnya akan berperilaku pembohong demikian seterusnya. Imam yang baik adalah yang selalu memikirkan kepentingan ummatnya.

Dalam hal ini, TGH Abdurrahim Haris memberikan contoh sosok Sultan Ibrahim membeli sebuah rumah di Mekkah untuk kepentingan jamaah haji yang berangkat menunaikan ibadah haji, agar mereka memiliki tempat tinggal di Mekkah dan tidak menyewa, juga agar jamaah tidak mendapatkan kesulitan ketika berada di Mekah Al Mukarromah, inilah ciri-ciri Pemimpin yang baik. Bahkan dulu di Indonesia pernah ada Asrama Mahasiswa di Jakarta, Sulawesi, Mataram dan sebagainya, namun untuk Pemerintah Daerah sejak zaman Reformasi, tidak ada yang memikirkan lagi asrama Mahasiswa Bima di daerah lain, ungkapnya. (LP.NTB/01)

Pos terkait

banner 468x60